SELAMAT DATANG


SELAMAT DATANG DI BLOG INI

29 Mei, 2013

Iwan Fals




Iwan Fals dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 September 1961, dengan nama lengkap Virgiawan Listanto, dari pasangan Lies (ibu) dan Kolonel Anumerta Sucipto (ayah). Masa kecilnya dihabiskan di Bandung, kemudian di Jeddah - Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Ia pernah sekolah di sana. Kebetulan di sana ada keluarga sepupu dari ibunya yang tidak mempunyai anak. Beliau mengajar di Kedutaan Arab. Karena tinggal di negeri orang, ia merasa sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya baginya adalah gitar yang dibawanya dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu dimainkannya, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya. Ia belajar main gitar dari teman-teman nongkrongnya di Bandung. Kalau mereka main gitar, ia suka memperhatikan. Mau bertanya tapi malu. Suatu hari ia nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Jadi deh, ia dimarahi. Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatannya. Kejadian itu begitu membekas.
Ia tidak betah di Jeddah, karena teman sekolahnya cuma 2 orang (ber 3 dengan dia). Waktu pulang dari Jeddah bertepatan dengan musim Haji. Di pesawat orang-orang kebanyakan membawa air zam-zam, tapi ia cuma menenteng gitar kesayangannya. Dalam pesawat yang membawanya dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarnya bertambah. Ada seorang pramugari yang merasa heran melihat ada anak seorang kecil membawa gitar di pesawat. Pramugari itu lalu menghampiri dan meminjam gitarnya. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarnya fals. "Kok kayak gini steman-nya?" tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit bermain gitar, ia memang belum bisa me-nyetem gitar. Setelah membetulkan gitar tersebut, pramugari itu lalu mengajarinya memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.

Bakat musiknya makin terasah di usianya yang ke-13 tahun, saat ia banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung.Waktu itu ia masih duduk dibangku SMP. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda, bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, ia menjadi gitaris dalam paduan suara sekolah.Waktu sekolah di SMP 5 Bandung ia juga punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang gurunya menanyakan "apakah ada yang bisa memainkan gitar?". Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, ia menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirnya waktu itu. Maka jadilah ia sebagai pemain gitar di vokal grup sekolahnya.

Kegandrungannya pada gitar terus berlanjut. Saat itu teman-teman mainnya juga suka memainkan gitar. Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones. Melihat teman-temannya jago main gitar, ia jadi iri sendiri. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara karena nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, ia nekat memainkan lagunya sendiri. Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaan sendiri, pikirnya.

Untuk menarik perhatian teman-temannya, ia membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, banyak canda, merusak lagu orang, seperti memainkan lagu Bob Dylan digabung dengan lagu Rolling Stones dan Sunda. Teman-temannya tertawa saat mendengarkan lagu-lagunya, tepuk tangan, senang.... pulang.

Setelah merasa bisa membuat lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar yang lebih banyak lagi. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, ia datang untuk menyanyi. Dulu manajernya tepatnya manajer-manjeran bernama Engkus, tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, Engkus selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.
Iwan Fals suka bawain lagu-lagu kocak dan becanda yang dirusak-rusakin. Engkus bilang, “Ahh, iyeu budak fales oge yieh…” (Red: anak ini fales juga nih ternyata). Dari sejak itu dipakailah nama Iwan Fals terus. Terus dia yang promosin ‘Iwan Fals dari Dago’. Walaupun sebenarnya Iwan Fals sempat juga tinggal di jalan Ternate, Bengawan, juga Dago Pojok. Ia waktu itu kost, sering pindah.  Tapi ia setuju saja dengan nama "Fals",  karena nama itu melindunginya. Kan ia ingin tampil bagus nggak ingin jelek. Kalau mau nama Iwan Bagus sementara penampilan jelek ya gimana? Makanya ia pakai Fals, kalau ternyata fales ya jadi tenang, karena memang namanya Fals. Jadi kalau salah atau fales-fales dikit ya maklum. Karena ia nggak yakin waktu itu dengan dirinya sendiri. Di gitarnya waktu itu Yamaha ditempelin pake lakban. Waktu itu masih FALES. Belum FALS. Pernah juga pakai nama PALES. Sampai akhirnya Musica ngusulin nama FALS.

Mungkin karena nggak punya uang (jatah dari ortunya Rp. 10.000,- per bulan), nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatiannya lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahnya mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah ia merasa sedikit sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu dilakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.

Selanjutnya, suatu saat datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari orang Jakarta yang punya kenalan produser. Waktu itu ia baru menyadari kalau ternyata lagu yang diciptakannya sudah terkenal di Jakarta. Maksudnya sudah banyak anak muda yang memainkan lagu-lagunya. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaannya.

Sebelum orang Jakarta tersebut datang ke Bandung, ia sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Ia bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian dibreidel.


Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temannya, ia pergi ke Jakarta. Waktu itu masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Ia rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, dan Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan ia kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.

Ia menyukai musik bluegrass country, karena ketukannya, ritmis dan penuh semangat. Lagu buruh- buruh kereta api. Semangatnya yang ia suka. Kan capek tuh sehabis nambang, terus mabuk, main musik, Itu yang ia suka dari bluegrass country. Saat itu ia memang suka musik seperti itu. Setelah menjuarai festival musik country, ia ikut festival lagu humor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor miliknya sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, dan Nana Krip yang diproduseri oleh Handoko serta diproduksi oleh ABC Records , tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanannya bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, ia sudah rekaman sekitar 4-5 album.


 


Setelah ditawari dan kontrak rekaman album Sarjana Muda dan Album Opini (satu kontrak) di Musica, barulah lagu-lagunya digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri, sebelumnya penata musik dari Franky Sahilatua. Ia tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah-rumah satu demi satu, kadang di Pasar Kaget atau Blok M.

Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan ia mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak keduanya, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan. Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konsernya yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, ia  banyak membuat lagu yang bertema kritikan terhadap pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayunginya  enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan ia juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.

Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Ia juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikannya dapat mengganggu stabilitas negara. Beberapa konser musiknya pada tahun '80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena ia  membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.

Pada bulan April tahun 1984 ia harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Soal peristiwa lagu Mbak Tini, ia dianggap menghina Soeharto dan Tien Soeharto. Karena bikin lagu nama tokohnya mbak Tini dan Pak Soeharto. Soeharto itu sopir truk, kalau mbak Tini itu PSK yang insaf lantas buka warung jual kopi. Mereka berdua kawin. Tapi Soeharto yang diputusin kerja lantas jadi penjahat dan nggak pulang lagi. Entah mati atau kawin lagi. Mbak Tini nggak tahan terus jadi PSK lagi. Itu cerita dalam lagunya. Tapi nama Soeharto kan bukan presiden saja. Bisa tukang bakso. Mungkin Karena tentara-tentara itu ingin cari muka terus menangkapnya. Konser hari kedua akhirnya nggak jadi. 
Tapi karena terbukti tidak bersalah ia dilepas lagi. Kasus ini kemudian diteruskan di Laksusda. Kurang lebih 2 bulan bolak balik ngurus kasus itu. Ia ketakutan juga waktu itu. Bingung, sudah sering mainkan lagu itu di Jakarta aman-aman saja. Eh di daerah malah kena. Ketakutannya, karena di periksa bareng penyelundup, pemalsu uang, dan penjahat lain. Tapi karena nggak punya pikiran apa-apa dan nggak ada tujuan menghina, ya akhirnya dilepas. Tapi mungkin juga ada benarnya saat itu menyindir juga ya. Menyindir karena terinspirasi. Saat itu ia juga diperiksa karena membuat lagu soal anak mentri penerangan yang terlibat kasus penembakan. Ada pengadilan sandiwara kalau nggak salah. Juga dengan lagu “Pola Sederhana”. Orang waktu itu kan harus mengencangkan ikat pinggang demi kepentingan negara. Harus hidup sengsara demi negara. Harga nggak boleh naik. Harga turun semua saat Sudomo ke pasar dengan wartawan. Tapi begitu dia pergi harga naik lagi. Bang Iwan terus bikin lagu itu. “Pola Sederhana”. Jadi tiga lagu itu yang dibahas saat pemeriksaan. “Mbak Tini”, “Pola Sederhana”, sama lagu tentang penembakan yang dilakukan anak menteri. 

Sejak kejadian itu, ia  dan keluarganya sering mendapatkan teror. Hanya segelintir fans fanatiknya yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, namanya semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. 

Perjalanan karirnya terus menanjak ketika  bergabung dengan Kantata Takwa pada tahun 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.






Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), ia masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personel SWAMI.


Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, ia telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik olehnya, maupun band-nya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, ia tidak pernah atau belum mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.



Keluarga :  
menikahi Rosana yang akrab disapa "Mbak Yos", hasil dari pernikahannya ia memiliki tiga anak, yaitu : Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Bassae, dan Raya Rambu Rabbani.

Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trademark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitariskelompok BUNGA dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya tahun 1997.

Nama Galang juga dijadikan salah satu judul lagunya,  Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1982 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1982).

Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusiknya sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumahnya di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, ia sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.

Pada tahun 2002, ia mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri, dan mulai bangkit dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kehilangan Gilang. Pada lagu ini istrinya (Mbak Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.

Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusiknya terasa berbeda. Tidak segarang dan tidak seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis. Ia  juga sempat membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.

Pada tanggal 22 Januari 2003, ia dianugerahi seorang anak lelaki lagi yang diberi nama Rayya Rambu Rabbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.

Di luar musik dan lirik, penampilannya juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia, ia mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang penampilannya lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggotnya dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.

Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Mbak Yos menjadi manajer pribadinya yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), ia lebih profesional dalam berkarir.


Pendidikan :
· SMPN 5 Bandung, Jawa Barat
· SMAK BPK Bandung
· STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP)
· Institut Kesenian Jakarta (IKJ)







Video Klip :

Mau Nonton atau Download, Klik Judul Lagunya ya.......




































 











Tidak ada komentar: